Sore itu, hujan deras mengguyur kota Yogyakarta, kami berdua menerobos hujan dari kampus kami yang berjarak sekitar 2 kilometer dengan menggunakan sepeda motor kesayangan kami, mantel kami gunakan, sepeda motor kami pacu dengan kecepatan sedang menuju kost yang merupakan rumah kedua kami selama kuliah di kota pelajar ini. Tentu saja, kami buru-buru untuk mencapai ruang tamu yang berada tidak jauh dari teras, hingga saya menemukan sebuah bungkusan yang cukup ringan, dan padat, ditengah hujan, saya mencoba untuk merobek bungkusan tersebut, ternyata tiga bungkus sotoji sudah menunggu untuk disantap, ah lumayan rejeki di kala hujan, batinku saat itu, yang membuat saya penasaran, saya belum pernah memakan bihun jamur sebelumnya, seperti apa rasanya?. Hujan bertambah deras, hingga kami memutuskan untuk membuat mie yang sebelumnya membuat penasaran saya, segera saya memasak air, setelah itu memberikan jaket pada soulmate saya yang masih sendirian sambil memandangi hujan, setelah menunggu beberapa saat, jadilah mie sotoji yang membuat saya penasaran, bagaimana rasanya?, karena kami anak kost, sebutir telur serta sayur yang kami satukan cukup untuk menambahkan citarasa dari sotoji ini.
Seperti yang kami duga, ini adalah sebuah kombinasi dari soto , dan bihun, hal yang cukup biasa ditemukan dijogja, bahkan sudah menjadi makanan kami sehari-hari di kota ini. Satu yang membuat produk ini cukup unik adalah tambahan berupa jamur didalamnya, sangat unik bukan!, sehingga citarasa yang dhasilkan cukup mantap dan membuat kita berselera. Ya, ketika saya dikelas, dosen saya pernah menjelaskan manfaat dari jamur tiram yang ada di sotoji ini, dengan kandungan protein, air, kalori, karbohidrat, dan sisanya berupa serat zat besi, kalsium, vitamin B1, vitamin B2, dan vitamin C, membuat tubuh kita lebih tahan terhadap flu, serta menambah sifat imunitas dari tubuh, bahkan dapat sebagai makanan pengganti nasi dan gandum karena kandungan karbohidratnya, cukup revolusioner saya rasa, itulah yang saya pikirkan, sambil menyuapi soulmate saya sedikit demi sedikit menunggu hujan reda. Ya, sotoji hangat, sesuai dengan suasana di kala sore cukup nikmat untuk disantap, bahkan pedasnya menambah citarasa dari mie ini. Derasnya hujan, serta Susana yang cukup dingin dapat dikalahkan dengan candaan kami yang selalu membuat terbahak-bahak, ya, selain bercanda kami juga membicarakan tentang sotoji, revolusi baru saya rasa dalam menikmati soto khas jogja dengan tambahan jamur.
Rasa khas yang dihasilkan sotoji cukup membuat saya ingin menyantapnya lagi, tetapi saya rasa, jamur yang ada lebih baik dibuat lebih empuk, bahkan dalam hal memasak sotoji, saran saya adalah mendahulukan jamur daripada mihun agar mencapai taraf kelunakan tertentu yang akan semakin memanjakan lidah kita tentunya. Mihun yang ada saya rasa agak memiliki rasa yang membuat enek beberapa saat setelah kita menyantapnya, walau begitu kekurangan yang ada dapat tertutupi oleh rasa kuah yang nikmat, serta hangat, sesuai dengan suasana Jogja sore ini, dengan pelangi yang indah dalam kebersamaan kami bersama sotoji.